- A. Scarcity (Kelangkaan)
Telah dikemukakan dalam artikel terdahulu bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, berkembang secara kuantitas maupun kualitas, bervariasi, dan terus berkembang hingga manusia menghembuskan nafas terakhirnya. Sepanjang hidupnya manusia akan berusaha memenuhi segala kabutuhan hidupnya, namun tentu saja semua kebutuhan itu tidak semuanya dapat dipenuhi. Manusia harus memiliki pilihan dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia harus menetapkan alternatif pilihan mana yang paling menguntungkan. Mengapa harus melakukan pilihan? Karena jumlah dan jenis alat pemuas kebutuhan manusia (berupa barang dan jasa) terbatas, sedangkan jumlah dan jenis kebutuhan manusia tidak terbatas. Inilah yang disebut dengan “Scarcity” atau “Kelangkaan”. Dan merupakan inti dari permasalahan ekonomi.
Mengapa dapat terjadi kelangkaan? Di bawah ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya kelangkaan :
- Keterbatasan Sumber Daya Alam
- Keterbatasan Kemampuan Sumber Daya Manusia
- Kerusakan Sumber Daya Alam
- Peningkatan Kebutuhan Manusia yang Lebih Cepat Dibandingkan dengan Kemampuan Penyediaan Sarana Kebutuhan
Untuk lebih memahami kelangkaan, maka praktekkan pernyataan berikut dalam kehidupan sehari-harimu! Suatu hari kamu ingin menonton film di bioskop, membeli minuman, dan makanan ringan. Sementara, uang yang kamu miliki hanya Rp 40.000,00 dan harus dialokasikan untuk memenuhi ketiga keinginan tersebut, yang masing-masing untuk tiket masuk bioskop seharga Rp 30.000,00, makanan ringan seharga Rp 7.000,00, dan minuman seharga Rp 5.000,00. Nah, cobalah untuk membuat beberapa alternatiif pilihan, setelah itu tentukan pilihan yang paling menguntungkan bagimu!
- B. Opportunity Cost (Biaya Peluang)
Hidup itu penuh dengan pilihan. Bahkan hidup itu sendiri adalah sebuah pilihan, pilihan untuk tetap survive di alam ini. Kita harus selalu membuat keputusan barang apa yang harus kita beli atau aktivitas apa yang harus kita lakukan karena kelangkaan sumber daya. Setiap pilihan yang kita putuskan untuk diambil berarti pengorbanan atas pilihan lain, yang menyebabkan timbulnya biaya untuk melakukan hal lain tersebut. Kondisi inilah yang disebut dengan “Opportunity Cost” atau “Biaya Peluang”.
Biaya peluang akan muncul ketika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan dan dia harus memilih salah satunya. Biaya peluang adalah nilai barang atau jasa yang dikorbankan karena memilih alternatif kegiatan. Opportunity cost atau biaya peluang merupakan buah pemikiran ahli ekonomi Jerman Freidrich von wieser, pada awalnya ditujukan untuk tingkat perora
Contoh : Nur Wahyu seorang siswa kelas XII SMK, memutuskan untuk melanjutkan kuliah setelah lulus nanti. Dia menghitung biaya kuliah selama satu tahun sejumlah Rp 10.000.000,00 (biaya ini meliputi uang semester (ganjil dan genap), uang untuk kos, membeli diktat, uang praktikum, dan iuran pembangunan). Seandainya NurWahyu setelah lulus SMK tidak memilih kuliah, melainkan bekerja pada sebuah pabrik, selama setahun Nur Wahyu bisa mendapatkan gaji total sejumlah Rp 13.000.000,00. Maka biaya peluang kuliah dihitung sebagai berikut :
Biaya yang benar-benar dikeluarkan (biaya eksplisit) + Pendapatan yang dikorbankan karena melakukan pilihan = Biaya peluang (biaya implisit).
Dari rumus di atas diperoleh perhitungan bahwa biaya peluang kuliah Nur Wahyu adalah sebesar Rp 23.000.000,00.
Biaya eksplisit dan biaya implisit dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai biaya sesungguhnya (genuine cost. Biaya yang sesungguhnya atau genuine cost harus selalu diperhitungkan dalam melakukan keputusan ekonomi (seperti memenuhi kebutuhan dan melakukan kegiatan ekonomi).
Contoh lain :
Seorang petani yang memilih mengolah lahan pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga.
Biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang yang dapat digunakan untuk pembayaran cicilan rumah.
Satu pertanyaan yang muncul ialah bagaimana menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.
Atas pertanyaan yang muncul di atas dapat disimpulkan bahwa biaya peluang tidak harus berhubungan dengan uang, terutama bila yang menjadi pembanding adalah obyek yang non materi seperti dampak lingkungan, nilai etis, waktu atau kesempatan, wawasan, kepuasan dan sebagainya.
- C. Scarcity Menimbulkan Opportunity Cost
Inilah jalinan yang terjadi antara keputusan yang dibuat oleh seseorang, ternyata menyebabkan timbulnya biaya peluang. Banyak ragamnya kebutuhan manusia meskipun tidak semuanya akan terpenuhi., mengingat keterbatasan adanya benda atau jasa sebagai alat pemuas kebutuhan. Namun sebuah keputusan harus diambil, keputusan yang dipilih hendaknya dapat ditinjau dari segi yang sangat menguntungkan, alternatif yang ditetapkan sebagai keputusan akan jauh lebih efektif dan efisien bila kita dapat bertindak rasional, yaitu menyeimbangkan keuntungan potensial dan biaya yang dikeluarkan serta menyertakan penghitungan opportunity cost-nya terlebih dahulu. Perlu diperhatikan bahwa opportunity cost tidak selalu berhubungan dengan uang, namun dapat pula berkaitan dengan prospek ke depannya yang tidak terlepas dari konteks politik, sosial, dan budaya.
(sumber : http://anikkurniatun.guru-indonesia.net/artikel_detail-17153..html)
BIAYA PELUANG DAN BIAYA SEHARI HARI
Biaya sehari-hari adalah biaya atau ongkos yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan berbagai macam barang dan jasa yang diperlukan agar tercapai kemakmuran.
Sedangkan biaya peluang adalah sejumlah barang atau pendapatan yang harus dikorbankan agar sejumlah barang yang lain dapat diproduksi atau digunakan. Jadi biaya peluang sejumlah barang X adalah sejumlah barang Y yang harus dikorbankan agar sejumlah barang X dapat diproduksikan.
Soal uraian untuk ekonomi dapat dilihat di sini >> CLICK
SUMBER LAINNYA :::
Selama hidupnya, manusia secara individu ataupun secara bersama – sama akan menghadapi masalah ekonomi. Masalah tersebut muncul karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia. Di sisi lain, manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas dan ingin selalu lebih baik, sehingga akan selalu ada kebutuhan – kebutuhan lain yang ingin dipenuhi saat kebutuhan yang sebelumnya telah terpenuhi. Sedangkan di pihak lain, sumber – sumber yang digunakan untuk menyediakan, menghasilkan ataupun mengadakan kebutuhan tersebut, sangat terbatas jumlahnya. Sehingga, kedua masalah yang bertentangan tersebut menyebabkan timbulnya masalah ekonomi.
1. Masalah – Masalah Pokok Ekonomi
1.1. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu sebagai berikut;
1.1.1. Kebutuhan Pokok dan Kebutuhan Sosio – Budaya
a. Kebutuhan Hidup Pokok
Kebutuhan hidup pokok meliputi hal – hal seperti makanan, minuman, perumahan, pengobatan dan pemeliharaan diri, istirahat dan sebagainya. Termasuk di dalamnya yang disebut kebutuhan primer yaitu; sandang (pakaian), pangan(makanan), dan papan (perumahan), saat ini obat juga merupakan kebutuhan pokok yang mutlak diperlukan agar kita dapat bertahan hidup.
b. Kebutuhan Sosio – Budaya
Manusia hidup tidak hanya membutuhkan kebutuhan pokok seperti yang dicontohkan diatas. Sebagai manusia yang memiliki budaya, manusia perlu untuk hidup bermasyarakat, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain agar dapat bertahan hidup.
Kebutuhan sosio – budaya mencakup banyak hal, kebutuhan ini sebagian besar berhubungan dengan lingkungan masyarakat tempat kita hidup serta dengan sifat – sifat psikologis manusia. Berdasarkan hal tersebut dapat diperinci lebih lanjut:
•Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang timbul karena tuntutan hidup bersama dalam masyarakat. Kedudukan tertentu dalam masyarakat juga mengharuskan orang mempunyai atau melaksanakan berbagai hal supaya dipandang layak atau “biasa”
•Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan – kebutuhan psikologis berhubungan dengan sifat rohani manusia, misalnya: kebutuhan akan rasa aman, rasa tenang, akan kebebasan untuk berpendapat, akan rasa dihargai, dan lain – lain. Dengan demikian, pengertian akan jenis kebutuhan ini perlu untuk dapat mengerti tingkah laku orang dan banyak gejala dalam dunia ekonomi modern.
1.1.2. Kebutuhan Individual dan Kebutuhan Bersama
Penggolongan ini berdasarkan siapa yang memerlukan sesuatu. Kebutuhan individual mencakup hal – hal yang diperuntukkan orang perorangan, seperti makanan, pakaian, kendaraan. Tetapi ada juga hal yang dibutuhkan oleh sekelompok orang bersama (masyarakat desa/kota atau masyarakat secara keseluruhan). Kebutuhan tersebut seperti; keamanan, kebersihan, jalan, angkutan umum dan lain sebagainya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut disebut dengan kebutuhan kolektif/bersama. Kebutuhan tersebut diperlukan untuk kepentingan umum, maka cara menyelenggarakannya juga oleh umum, dengan jalan usaha bersama, atau dibiayai oleh pemerintah dari uang hasil penarikan pajak.
1.1.3. Kebutuhan Saat Sekarang dan Kebutuhan Masa Depan
Pembagian ini berdasarkan waktu kapan sesuatu dibutuhkan. Ada kebutuhan yang tidak dapat ditunda, seperti kebutuhan pengobatan untuk orang yang sakit. Namun, ada juga hal – hal yang dibutuhkan untuk jangka pendek maupun jangka panjang, seperti pendidikan.
1.1.4. Adil Makmur
Suatu masyarakat disebut makmur kalau paling sedikit kebutuhan hidup pokok terjamin untuk rakyat banyak. Makmur bukan berarti tidak ada lagi kekurangan (karena kebutuhan manusia tidak akan pernah ada habisnya) tetapi bahwa tercapainya suatu keseimbangan yang wajar antara kebutuhan dan jumlah barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
Taraf hidup rata – rata suatu bangsa ditentukan oleh perbadingan antara jumlah hasil produksi dan jumlah penduduk atau pendapatan per kapita.
Adil menyangkut pembagian hasil produksi di antara warga – warga masyarakat. Tidak perlu “sama rata”, melainkan cukup untuk semua, jadi dibagi secara adil, tanpa ada perbedaan kekayaan yang terlampau mencolok.
1.2. Kelangkaan
Kebutuhan - kebutuhan manusia dipenuhi dengan pemakaian barang – barang (seperti rumah, pakaian, obat, dan lain – lain) dan jasa (seperti pemeriksaan dokter, pelajaran, reparasi ban dan lain sebagainya) atau disebut konsumsi. Permasalahannya adalah, apakah ketersediaan barang – barang tersebut akan selalu cukup untuk diproduksi guna memenuhi kebutuhan manusia yang terus bertambah dan beraneka ragam.
Memang ada beberapa hal yang tersedia dalam jumlah yang berlimpah sehingga tak ada persoalan bagaimana mendapatkan sebanyak yang kita butuhkan. Mislanya; sinar matahari, udara, atau pasir bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Barang yang tersedia alam jumlah begitu melimpah sehingga tidak perlu usaha/ pengorbanan untuk mempreolehhnya disebut barang bebas. Barang bebas tidak dipersoalkan dalam ilmu ekonomi.
Tetapi banyak barang yang dibutuhkan oleh hidup kita, dan sumber – sumber yang diperlukan untuk menghasilkannyya terbatas atau langka (scarce) artinya tidak cukup, dibandingkan dengan banyaknya yang dibutuhkan / diinginkan, sehingga diperlukan usaha atau pengorbanan untuk memperolehnya. Barang itu disebut barang ekonomi.
Pakaian, sepatu, kacamata atau jam tangan tidak dapat dipetik dari pohon, tapi alam menyediakan bahan – bahan: kayu, pasir, tanah, dan lain – lain. Tetapi untuk menikmati, pakaian, sepatu, mobil,dan lain – lain hal yang dibutuhkan serta diinginkan, sumber – sumber alam tersebut perlu di gali diolah, diusahaan terlebih dahulu, baru dapat dipergunakan. Untuk menghasilkan jasa atau barang itu perlu usaha yaitu produksi, dengan mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu, lagi pula memerlukan bahan – bahan dan alat – alat, mesin, pabrik, dan lain – lain (factor – factor) produksi serta uang untuk membiayainya (kemakmuran tiada tanpa pengorbanan).
Untuk perseorangan / keluarga keterbatasan tersebut terutama dirasakan karena penghasilan yang tersedia terbatas dan biasanya tidak cukup untuk membeli segala apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Untuk masyarakat sebagai keseluruhan, keterbatasan sumber – sumber ekonomi nyata dari ketidakmampuan masyarakat untuk memproduksi/menyediakan cukup banyak makanan, tekstil, obat, listrik, pendidikan, dan lain – lain untuk memenuhi semua kebutuhan dari satu orang. Keterbatasan inilah yang merupakan tantangan yang mau dijawab dalam usaha pembangunan ekonomi.
1.3. Pemilihan Tindakan Ekonomis
1.3.1. Cara Bertindak Ekonomis
Dari keterbatasan sumber – sumber ekonomi di satu pihak, dan banyaknya kebutuhan di pihak lain timbullah persoalan ekonomi: bagaimana dengan sumber – sumber yang terbatas itu kita dapat memenuhi kebutuhan hidup yang banyak dan beraneka ragam itu.
Menghadapi kenyataan ini, kita terpaksa mencari suatu cara bertindak yang tepat untuk mengatasinya, yaitu dengan memanfaatkan sumber – sumber ekonomi yang langka itu sebaik mungkin. Inilah yang disebut cara bertindak ekonomis.
1.3.2. Mempertimbangkan Pengorbanan dan Hasil
Karena sumber – sumber yagn tersedia tidak mencukupi untuk membuat semua hal yang dibutuhkam, maka kita harus memilih kebutuhan mana yang didahulukan dan kebutuhan mana yang harus dinomorduakan. Karena sumber yang kita pakai untuk keperluan lain, kita mesti mempertimbangkannya bagaimana kebutuhan yang banyak itu dapat dipenuhi dengan sebaik mungkin, dan apa/berapa yang dikorbankan (dilepaskan), dibandingkan dengan apa/berapa hasil yang diperoleh. Cara berpikir dan cara bertindak yang mempertimbangkan pengorbanan dan hasil ini disebut berpikir ekonomis.
Orang dikatakan bertindak ekonomis apabila ia berhasil mencapai perbandingan yang sebaik mungkin antara hasil dan pengorbanan.
1.3.3. Prinsip Ekonomi
Prinsip ekonomi menunjukkan: suatu cara bertindk yang berusaha mencapai hasil sebesar mungkin, dibandingkan dengan pengorbanan/ biaya yang dikeluarkan, atau suatucara bertindak yang berusaha mencapai hasil tertentu dengan mengeluuarkan pengorbanan/biaya sesedikit mungkin.
Hasil : terpenuhinya kebutuhan
Pengorbanan : biaya, harga, uang, waktu, usaha yang harus dikeluarkan dan/atau kebutuhan/keinginan lain yang tepaksa tak dipenuhi.
Kata efisien menunjukkan perbandingan yang sebaik mungkin antara pengahargaan dan hasil (dengan titik berat pada pengorbanansesedikit mungkin). Jadi, cara kerja yang efisien menunjukkan bahwa suatu hasil dapat dicapai dengan biaya/pengorbanan yang serendah mungkin, tanpa pemborosan yang tidak perlu.
Dari inidapat dilihat bahwa cara bertindak yang ekonomis pada dasarnya menyangkut soal bagaimana memanfaatkan (pembagian, alokasi) sumber – sumber yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang banyak. Cara bertindak yang rasional mesti membandingkan (memperhitungkan) korban dan hasil. Seorang konsumen akan mempertimbangkan bagaimana membagi – bagi penghasilannya yang terbatas untuk keperluan makan, minum, pakaian, dan lain – lain sedemikian rupa sehingga kebutuhan – kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan sebaik mungkin. Sedangkan seorang produsen mesti memperhitungkan berapa biaya yang harus dikeluarkan dengan berapa hasil atau laba yang akan diperolehnya. Demikian pula pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana menjatahkan keuangan Negara yang terbatas untuk keperluan perbaikan jalan, mendirikan pabrik pupuk, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya (yang semuanya perlu dikembangkan)
1.3.4. Motif Ekonomi
Setiap hari jutaan orang meninggalkan rumahnya menuju ke tempat kerja, menyediakan tenaga, dan keahliannya untuk proses produksi. Mengapa orang bersedia bekerja demikian? Apa alasan atau motivasi yang mendorong mereka? Karena membutuhkan uang untuk dapat membeli barang – barang kebutuhan hidup. Inilah motif ekonomi terpenting: keharusan untuk mencari nafkah dengan jalan yang halal serta harapan mendapat sekadar keutungan dari usahanya untuk sumber penghasilan keluarganya. Jadi orang bertindak ekonomis untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemakmuran.
Dalam analisis teori ekonomi biasanya manusia dianggap bertindak ekonomis karena didorong untuk mencari laba maksimal. Ini suatu anggapan yang mempermudah analisis. (misalnya, untuk menentukan besarnya usaha perusahaan, pedomannya adalah laba maksimal akan tercapai apabila MC=MR). Tetapi ini tidak berarti bahwa laba adalah satu –satunya motif ekonomi. Selain motif laba maksimal, masih ada banyak alasan lain yang dapat mendorong orang untuk bertindak ekonomis, misalnya:
•Keinginan agar dihargai/dipandang oleh lingkungannya (gengsi)
•Keinginan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya
•Keinginan untuk maju
•Keinginan untuk mempunyai usaha sendiri
•Keinginan untuk membantu sesama
•Mungkin juga keinginan untuk berkuasa atauu pertimbangan politik
Tetapi motif yang paling dasar adalah orang harus hidup dan memenuhi kebutuhan. Maka ia harus bekerja.
1.4. Persoalan Ekonomi dalam Masyarakat Modern
Masalah ekonomi timbul karena adanya kelangkaan, yang menuntut masyarakat untuk memilih dari alternatif tertentu. Masalah – masalah ekonomi yang bersifat fundamentalsekali ada tiga, yaitu: what, how dan for whom. Setiap masyarakat akan menghadapi ketiga masalah fundamental tersebut yang saling mempengaruhi.
What
Barang apa (what) dan dalam jumlah berapa harus dihasikan? Barang dan jasa manakah serta dalam jumlah berapa di antara sekian banyak yang dipilih untu dibuat akan diprodusir? Makanan atau pakaian? Lebih banyak makanan daripada pakaian ataukah sebaliknya? Padi dan garam sekarang, ataukah padi, jagung, dan ranaman tebu atau padi tahun depan? Atau bagaimana?
How
Dengan cara bagaimana (how) barang – barang tersebut dihasilkan? Maksudnya siapa yang akan menghasilkan dan dengan sumber – sumber apa serta serta dengan teknologi yang bagaimana barang – barang tersebut dihasilkan. Siapa yang harus berburu dan siapa pula yang harus mencari ikan? Listrik dsebaiknya dibangkitkan dengan tenaga uap atau air terjun ataukah dengan tenaga atom? Produksi dengan skala besar atau dengan skala kecil?
For Whom
Untuk siapakah (for whom) barang-barang yang dihasilkan itu nantinya? Siapa yang harus menikmati dan memperoleh manfaat dari barang-barang dan jasa - jasa yang dihasilkan tersebut? Atau dengan perkataan lain, bagaimanakah seluruh produk (hasill produksi) nasional didistribusikan (dibagikan) kepada anggota-anggota masyarakat? Sebagian kecil dibagikan kepada kelompok orang kaya dan sisanya (sebagian besar) kepada kelompok yang miskin? Atau sebaliknya? Atau dibagi rata?
Seperti yang telah diutarakan diatas bahwa ketiga masalah ekonomi ini sangat fundamental dan terdapat pada semua perekonomian, namun dalam pemecahan ketiga masalah pokok perekonomian tersebut memakai cara yang berbeda - beda menurut system perekomomian yang dipakai. Misalnya: dalam peradapan primitif dipecahkan secara tradisional yang diwarisi secara turun - temurun. Dalam masyarakat lebah dipecahkan secara otomatis melalui apa yang disebut insting biologis.
Dalam perekonomian yang dipimpin oleh seorang diktator, masalah pokok perekonomian tersebut dipecahkan dengan dekrit dan peraturan yang bersifat sepihak. Namun, dapat pula dipecahkan secara demokratis, apabila dekrit merupakan hasil proses yang disusun oleh penguasa-penguasa legislatif yang dipilih. Dalam perekonomian persaingan bebas dipecahkan oleh sistem harga atau sistem pasar.
Ketiga masalah ekonomi tersebut menjadi masalah fundamental pada setiap kehidupan perekonomian. Hal ini tidak akan terjadi seandainya sumber-sumber ekonomi itu tidak terbatas jumlahnya. Seandainya setiap barang dapat dihasilkan dalam jumlah yang tidak terhingga, atau apabila semua kebutuhan manusia dapat terpuaskan sepenuhnya juga tidak akan menjadi masalah kalau misalnya kombinasi sumber-sumber (misalnya tenaga kerja dan bahan-bahan) tidak efisien. Tidak menjadi masalah dalalm pendistribusian barang-barang dan pendapatan diantara anggota masyarakatl, apabila setiap induvidu dapat memperoleh sebanyak yang dikehendaki.
Dalam keadaan seperti diatas maka tidak akan ada barang-barang ekonomis (economic goods) artinya tidak ada barang-barang yang relative langka (scarce). Semua barang adalah bebas (free goods) sehingga kita tidak perlu lagi mempelajari ilmu ekonomi. Namun, pada kenyataanya namun, pada kenyataanya barang relative langka dan bukannya barang bebas sehingga dalam memenuhi kebutuhannya masyarakat harus mengadakan pilihan (alternative). Tidak semua kebutuhan manusia bisa dipenuhi.
Di samping ketiga masalah kelompok yang sangat fundamental tersebut, dalam masyarakat modern sekarang ini telah berkembang masalah-masalah ekonomi yang lain, seperti:
•Kesempatan kerja (employment).
•Stabilitas (stability).
•Pertumbuhan (growth).
•System perekonomian (economic system).
•Siapa yang melaksanakan produksi masyarakat (employment)? Untuk bisa hidup, para warga masyarakat juga harus bisa mencari nafkah, berarti memerlukan lapangan kerja atau mata pencaharian. Maka apakah semua tenaga kerja mendapatkan pekerjaan, atau ada yang (terpaksa) menganggur? Apakah sumber ekonomi lain terpaksa semua?
•Bagaimana menjaaga kestabilam (stability)? Apakah harga-harga dan tingkatan kesempatan kerja cukup stabil, ataukah ada inflasi atau depresi yang mengacaukan segala-galanya?
•Bagaimana mengusahakan kemajuan (growth)? Bagaimana cara meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga kemiskinan dapat teratasi dan kesejahteraan umum dimajukan ?
•Bagainmana tata ekonomi yag paling baik (economic system)? Bagaimana kehidupan ekonomi harus diatur dan diorganisir agar berjalan dengan lancar? Ini menyangkut soal pembagian keja dan kerja sama antara pemerintah dan rakyat (swasta) serta cara dan luasnya campur tangan pemerintah di bidang ekonomi.
2. DEFINISI ILMU EKONOMI
Masalah ekonomi sudah ada sejak manusia hidup di dunia ini. Pemikiran tentang cara pemecahan masalah ekonomi juga telah dilakukan sejak manusia lahir. Istilah ekonomi ini lahir di Yunani, dan berasal dari bahasa Yunani pula. Ekonomi berasal dari kata-kata oikos dan nomos yang terjemahannya adalah tata laksana rumah tangga. Dengan kebesaran Negara Yunani dan kebudayaan yang tinggi mana Oikosnomos yang demikian berubah menjadi ekonomi-tidak berhenti berkembang. Aristoteles, seorang cendekiawan Yunani telah berusaha memperkembangkannya, dan hingga akhirnya istilah “ekonomi” ini dipakai sampai sekarang.
Sejak zamah Aristoteles, pemikiran ekonomi melewati masa yang cukup panjang untuk sampai pada bentuknya sekarang ini. Sebagai pelopo atau Bapak Ilmu Ekonomi biasanya disebut Adam Smith (1723 – 1790) dengan bukunya: An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations, yang sering disebut dengan The Wealth of Nations yang terbit pada tahun 1776. Sebelum Adam Smith memang sudah ada pengarang-pengarang yang menulis tentang persoalan ekonomi. Tetapi Adam Smith yang pertama-tama mempelajaari kehidupan ekonomi sebagai keseluruhan secara sistematis, serta menunjukkan bagaimana semuanya itu berhubungan satu sama lain. Sejak itu jumlah pengarang tentang ilmu ekonomi bertambah terus, dan ilmu ekonomi sendiri semakin berkembang sebagai suat cabang ilmu sendiri
Kira-kira 50 tahun yang lalu ada suatu perkembangan baru. Pada waktu itu seluruh dunia diguncangkan oleh kemerosotan ekonomi yang hebat, yang dikenal dengan nama Depresi Besar (tahun 1930-an). Pada waktu depresi itu kehidupan ekonomi hampir di seluruh dunia macet. Produksi merosot, banyak orang terpaksa menganggur, pabrik-pabrik tidak bekerja lagi. Keadaan ini merupakan tantangan yang berat bagi para ahli ekonomi. Tetapi dengan teori-teori lama tidak dapat diatasi. Maka timbullah suatu pandangan yang baru, yang menjadi titik pangkal dari ilmu ekonomi modern. Bapak yang kedua dari ilmu ekonomi adalah John Maynard Keynes (1883 – 1946). Sebagai titik balik perkembangan ilmu ekonomi biasanya disebut tahun 1936, yaitu tahun terbitnya buku karangan Keynes: The General Theory of Employment, Interest and Money.
Samuelson mengganbarkan sejarah pengembangan ilmu ekonomi dan masalah-masalah di dalamnya dalam bentuk pohon keluarga ekonomi di bawah ini.
Mereka yang baru mulai mempelajari ilmi ekonomi sering kali menghendaki suatu definisi singkat mengenal ilmu ekonomi. Banyak tokoh ekonomi telah mencoba merumuskan definisi ilmu ekonomi dan menghasilkan rumusan yang berbeda. Perbedaan definisi disebabkan karena tokoh-tokoh tersebut menekankan segi-segi yang berbeda. Untuk memenuhi kegiatan itu kita tidak kekurangan bahan. Di bawah ini kita kemukakan beberapa definisi saja.
1. Definisi yang terkenal adalah L. Robbins Ilmu ekonomi adalah imu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan tujuan yang ingin dicapai dan sumber daya langka yang mempunyai berbagai kemungkinan penggunaan.
2. Imu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagainama caranya mengadakan pilihan dalam menggunakan sumber-sumber produksi langka atau terbatas (tanah, tenaga kerja, barang-barang modal seperti mesin-mesin, pengetahuan teknik) untuk menghasilkan berbagai macam barang (seperti gandung, daging sapi, pakaian, konser, jalan raya, pesawat pembom, kapal pesiar) dan mendistribusikannya kepada anggota masyarakat yang mengkonsumirnya.
3. Ilmu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana umat manusia mengorganisir kegiatan konsumsi dan produksinya.
4. Ilmu ekonomi adalah studi mengenai kemakmuran.
5. Ilmu ekonomi:Bahan kajian yang mempelajari upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan.
6. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan
Daftar definisi ini sudah baik. Namun, orang cendekiawan tidak sukar untuk memperpanjangnya berlipat ganda. Menyusun suatu definisi yang eksak dan singkat mengenai sesuatu cabang ilmu pengetahuan, yang akan membedakan batas - batasnya terhadap cabang - cabang ilmu pengetahuan lainnya dan dapat memperlihatkan semua unsur pokoknya kepada mereka yang baru mulai mempelajarinya selalu merupakan pekerjaan yang sukar. Ilmu ekonomi sudah barang tentu mencakup semua unsur yang ditekankan oleh berbagai definisi tersebut di atas –dan juga semua unsur yang terdapat di dalam daftar definisi yang lebih panjang yang dapat dikumpulkan.
Para ahli ekonomi dewasa ini telah menyepakati suatu definisi umum yang dapat dirumuskan sebagai berikut: “Ilmu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana caranya manusia dan masyarakat sampai kepada pemilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang, untuk mempekerjakan sumber-sumber produksi langka yang dapat mempunyai kegunaan-kegunaan alternatif, untuk menghasilkan berbagai macam barang dan mendistribusiknnya untuk dikonsumir, sekarang atau di masa datang, di antara berbagai orang dan golongan dalam masyarakat.
Melihat definisi di atas itu, terlihat beberapa hal yang menjadi pokok pemikiran. Hal-hal itu adalah: pertama, bahwa masalah utama (main or central problem) setiap tingkah laku ekonomis, atau masalah utama di dalam ilmu ekonomi, adalah masalah utama di dalam ilmu ekonomi, adalah masalah pemilihan (problem of choice). Sesuai dengan apa yang disebut di dalam definisi di atas, maka yang dimaksud dengan “pemilihan” di sini adalah pemilihan cara penggunaan sumber-sumber produktif yang dapat mempunyai penggunaan-penggunaan alternative. Artinya, bahwa setiap barang pasti mempunyai tidak hanya satu saja penggunaan, seperti apa yang juga dinyatakan oleh Aristoteles ribuan tahun yang silam.
Bahkan di antara barang-barang ada yang mempunya tidak hanya dua penggunaan saja, tetapi dua, tiga, atau bahkan lebih penggunaan. Sedangkan di antara kemungkinan-kemungkinan peggunaan itu, hanya dapat dipilih satu saja di antaranya, tidak mungkin bahwa dari suatu barang tertentu dipilih dua penggunaan sekalligus, apalagi tiga, atau empat. Misalnya, dari sebidang tanah harus dilakukan pemilihan, untuk ditanamikah atau untuk dijual atau untuk didirikan di atasnya bangunan, tidak mungkin untuk menggunakan sebidang tanah tadi bagi ketiga kepentingan tadi sekaligus. Memang ada kemungkinan yang tampaknya menyimpang dari ketentuan di atas.
Sebuah kelapa, misalnya yang di samping dapat dimakan buahnya, sabutnya dapat dijual dan begitu pula tempurung serta airnya. Tetapi, dalam hal ini di dalam kelapa itu sendiri terdapat empat jenis barang yang berbeda-beda, yakni kelapanya sendiri, lalu airnya; dan tempurunnya, serta yang terakhir sabutnya. Dengan demikian, maka sabut hanya memiliki satu kemungkinan pemilihan pengggunaan tanaman dan demikian pula tempurung, kelalpa serta airnya. Lebih daripada itu, sering didapati adanya beberapa barang tertentu yang oleh karena keadaan-keadaan tertentu mempunyai beberapa alternatif penggunaannya yang sama-sama berat untuk dilakukan pemilihan daripadanya satu saja penggunaan. Dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita dapati keadaan seperti itu. Dalam hal-hal seperti itu, yaitu dalam hal pemecahan problem of choice seperti itu, ilmu ekonomi turun tangan sehingga pemilihan dapat dijatuhkan kepada penggunaan yang paling menguntungkan.
Kedua, adalah kenyataan bahwa sumber-sumber produktif itu merupakan baaranga-barang yang scarce, yang langka atau yang jarang. Bukan barang yang terdapat berlimpah-limpah seperti air di lautan, udara, dan pasir di padang pasir. Langkanya sumber-sumber produktif itu member arti bahwa penggunaannya harus cermat dan tepat. Dan masalah pun kembalilah kepada problem of choice lagi. Sampai di sini sajalah pembicaraan tentang barang-barang yang langka dan yang terdapat berlimpah-limpah ini dulu, sebab hal ini akan lebih diuraikan di belakang nanti, pada waktu dibicarakan perihal barang.
Ketiga, tentang penggunaan uang. Dinyatakan dalam definisi di atas, bahwa keharusan penggunaan uang di dalam proses perekonomian itu hanyalah merupakan soal kedua saja. Soal utamanya adalah menentukan pilihan penggunaan seperti yang sudah disebut di atas, untuk kemudian berdasarkan pilihan itu dilakukan produksi. Sekalipun bagaimana pentingnya yang di dalam proses perekonomian, seperti yang kita lihat sekarang di mana tak satu bangsa pun di seluruh muka bumi ini yang tidak menggunakan uang di dalam kehidupan perekonomian mereka, tapi itu tidak boleh diartikan bahwa proses perekonomian harus terhenti karena tiadanya uang. Hal sedemikian ini akan semakin jelas dibayangkan, apabila kita layangkan khayal kita sejenak kepada masa-masa silam, kepada masa pemerintahan Airlangga di Kahuripan, misalnya, atau Rakai Pikatan yang menguasai Mdang I Bhumi Mataram dan Syailendra sekaligus, atau Fir’aun Menes di zaman awal kebangkitan sejarah Mesir purba. Pada masa-masa itu, uang belum dirasakan di tengah-tengah masyarakat, dan bahkan adanya uang itu belum dirasakan perlu. Tetapi toh perekonomian berjalan, dan Negara pun jaya, sebagainama yang tersebut di dalam sejarah.
Yang keempat, adalah mengenai produksi serta pembagian hasilnya kepada anggota - anggota masyarakat untuk konsumsi. Secara mudah, istilah produksi dan konsumsi ini bisa diterjemahkan dengan pembuatan dan pemakaian.
Di dalam setiap masyarakat, apakah itu masyarakat komunis, kapitalis atau yang lainnya, kedua hal yang tersebut, yaitu produksi dan konsums harus selalu bersama-sama. Harus selalu ada sekelompok dari anggota masyarakat yang membuat barang-barang dan jasa-jasa guna dipakai atau dinikmati hasilnya oleh sekelompok anggota masyarakat yang lain.
3. PEMBAGIAN ILMU EKONOMI
Ilmu ekonomi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Ilmu ekonomi diskriptif (descriptive economics), yaitu ilmu yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Wujud dari perekonomian tersebut dimana kita mengumpulkan semua kenyataan yang penting tentang pokok pembicaraan (topic) yang tertentu, misalnya: system pertanian dari Basutoland, atau industri katun di India.
b. Ilmu ekonomi teori (economic theory) atau teori ekonomi atau analisis ekonomi di mana kita memberikan penjelasan yang disederhanakan tentang cara kerja suatu system ekonomi dan ciri – ciri yang penting dari system seperti itu. Dalam ilmu ekonomi teori ditunjukkan bagaimana dua atau lebih banyaj hal berhubungan satu sama lain atau saling mempengaruhi.
c. Ilmu ekonomi terapan (applied economics) dimana kita mencoba mempergunakan rangka dasar umum dari analisis yang diberikan oleh ekonomi teori dengan mencari kebijakan – kebijakan yagn tepat untuk mengatasi masalah – masalah ekonomis.
Kesimpulan : Jadi, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana perilaku manusia dalam mengatasi sumber – sumber kebutuhan dalam hidupnya.
Pendapat : Dalam kehidupan ilmu ekonomi memang dibutuhkan, hampir setiap saat kita menerapkan ilmu ekonomi dalam kehidupan. Terutama dalam mengatur perekonomian dalam kehidupan bernegara ataupun dalam kehidupan pribadi. Sehingga setiap saat kita tidak dapat terlepas dalam ilmu ekonomi.