26 Agustus 2013

ALAT MUSIK IDOFONE

1. TALEMPONG (Mega Maharani )

Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.


Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Galombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si.[rujukan?] Talempong biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya. Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, sarunai dan instrumen tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama Talempong.Ada juga beberapa jenis alat musik tradisional suku minangkabau lainnya pupuik daun padi, pupuik tanduak kabau, bansi, rabab pasisia jo pariaman.
Di Negeri Sembilan, Malaysia, Talempong dikenali dengan nama Caklempong. Negeri Sembilan telah didatangi oleh suku Minangkabau yang bermigrasi dari Sumatera Barat pada abad ke 15 Masehi dan satu-satunya negara bagian di Malaysia yang mengamalkan sistem Lareh Bodi Caniago.

2. TRIANGLE (fenny Lusiana)

-Alat musik ini terbuat dari logam, ada yang terbuat dari baja, ataupun jenis logam yang lainnya seperti tembaga

-Triangle termasuk dalam jenis perkusi berkategori idiofon

SUMBER : CLICK DISINI

 APA ITU TRIANGLE ?
    Secara umum dari namanya triangle tentu sudah bisa kita tebak bentuk dari alat musik ini yaitu segitiga. Menurut kamus bahasa Inggris tri=tiga dan angle= segi. Bunyi yang dihasilkan alat musik ini bisa dikatakan “tak bertangga nada” artinya irama bunyi tergantung dari lagu yang dimainkan dan kemampuan dari pemain alat musik triangle ini. Tinggi rendahnya dentingan bunyi triangle in dipengaruhi juga dari bahan triangle tersebut.
    Alat musik triangle biasanya berukuran sekitar 15 – 18 cm di setiap sisinya dan dimainkan dengan alat pemukul (stick) yang terbuat dari logam. Pada umumnya alat musik triangle ini berbentuk segitiga sama sisi, namun dalam perkembangannya alat musik ini ada juga yang berbentuk segitiga sama kaki, dan dewasa ini ada triangle yang ditambahkan cincin-cincin (yang menimbulkan suara gemirincing) di sepanjang sisi bawah alat tersebut.

TRIANGLE
    Alat musik ini terbuat dari logam, ada yang terbuat dari baja, ataupun jenis logam yang lainnya seperti tembaga. Pada bagian sudut alat musik triangle (segitiga) terdapat sebuah lubang (atau dalam bentuk lainnya) dimana seutas tali (konon dahulu kala tali ini terbuat dari usus binatang, tapi dalam perkembangannya sudah dalam bentuk yang lainnya misalnya; dari kawat atau nilon) sebagai pegangan pemain alat musik tersebut.

FUNGSI DAN CARA MEMAINKAN TRIANGLE
    Triangle termasuk dalam jenis perkusi berkategori idiofoni. Idiofoni artinya menghasilkan suara melalui getaran dari seluruh badan instrumen. Contoh instrumen-instrumen yang termasuk dalam kategori idiofoni antara lain: bel, chimes, simbal dan triangle salah satunya.  Triangle bisa dibilang berfungsi sebagai “alat bantu” atau instrumen dalam sebuah musik dan lagu. Cara memainkan alat musik triangle ini, ada yang dimainkan sesekali dalam beberapa “bar” dan ada juga yang memainkannya penuh variasi dan atraktif. Tergantung lagu dan musik serta kemampuan bermusik dari pemainnya. Jadi walaupun triangle ini hanyalah sebagai “alat bantu musik”, namun tidak menutup kemungkinan apabila dimainkan lebih bervariasi dan atraktif. Sehingga James Blades berkomentar dalam bukunya Grove Dictionary of Music an Musician, “The triangle is by no means a simple instrument to play” (Red. Triangle bukanlah sebuah alat musik yang mudah dimainkan).Terkesan alat musik yang “sepele”, namun sesungguhnya alat bantu musik tersebut tidak juga mudah untuk dimainkan.
    Ada berbagai macam cara yang berkembang dalam memainkan alat musik triangle ini tergantung dari jenis musik dan kemampuan bermusik dari pemainnya. Misalnya pada musik rakyat (tradisional), samba dan musik rock, alat ini dimainkan secara variatif dan atraktif, ada catatan yang perlu diingat bagi yang baru belajar alat musik triangle yakni janganlah menyentuh alat musik ini sementara alat ini berbunyi. Mengapa demikian? Karena hal ini akan menghentikan getaran dan menghilangkan respon. Biasanya triangle dipukul di sisi luar. Namun dalam irama musik yang membutuhkan perubahan cepat, maka pukulan dilakukan di sisi bagian dalam sehingga akan menghasilkan suara yang semakin keras.
    Pada masyarakat Cajun French, yakni sekelompok masyarakat yang tinggal di Negara bagian Louisiana, Amerika Serikat yang berbahasa Perancis. Alat musik segitiga ini disebut tit – fer, dan alat musik ini dimainkan dengan ketukan-ketukan yang menghentak-hentak, bisa dikatakan triangle ini menggantikan alat musik drum.        
SEJARAH  TRIANGLE DAN PERKEMBANGANNYA
    Menurut literatur yang ada, alat musik ini dibuat pertama kali pada abad 16. Tidak diketahui secara persis siapa yang pertama kali membuat atau menciptakan triangle ini. Namun di dalam sejarah musik klasik Eropa, alat musik ini telah dimainkan dalam Orkestra klasik Barat sekitar abad 18. Musisi yang menggunakan alat musik triangle pada masa itu antara lain; Wolfgang Amadeus Mozart, Joseph Haydn dan Ludwig Van Beethoven. Namun permainan triangle yang cukup menonjol pada saat itu adalah ketika konser Piano Franz Liszt’s. Hal ini disebabkan dalam konser tersebut, triangle pada bagian tertentu dimainkan secara solo, tak ayal konser tersebut dijuluki sebagai Konser Triangle (Triangle Concerto).
     Pada masa abad 19, triangle digunakan dalam beberapa musik misalnya musik karya Richard Wagner seperti “Bridal Chorus” dari “Lohengrin” (opera). Selain itu triangle juga sering dimainkan oleh Hans Rott’s Symphony. Ada lagi pemusik lainnya yang memang biasanya menggunakan triangle dalam lagunya yakni antara lain; John Deacon dari grup rock Queen. John Deacon memainkan triangle dalam pertunjukkannya yang bertajuk Killer Queen; Joni Mitchell dalam lagu “Big Yellow Taxi”; Henry Mancini’s dalam Pink Panther, dan masih banyak lagi musisi ataupun arranger musik mancanegara yang menggunakan bunyi dari triangle.
    Di blantika musik rohani Kristen, ada salah satu band indie yang menggunakan triangle sebagai instrument adalah band Tutor Accoustic (profil Tutor dapat dibaca dalam PRAISE 5). Ketika ditanyakan PRAISE via Facebook pendapat mereka tentang triangle. “Triangle itu pada dasarnya dipakai untuk mempermanis suasana dari arransemen lagu yang dimainkan, hampir semua jenis lagu bisa ditambahin dengan irama triangle, mulai dari music Jazz Ensemble, Smooth Jazz, Pop, Latin Jazz, Ballad dll”. Bapak Willy Soemantri dalam suatu pertemuan dengan tim musik menilai, “Walaupun pemain triangle hanya sesekali dan jarang memukulnya, tetapi kalau dimainkan dengan motivasi untuk Tuhan, maka akan menjadi sesuatu yang berkenan di hati-Nya”.  (mk/PRAISE #18). Sumber : www.majalahpraise.com

 

 

 3. ANGKLUNG ( NOVA ) 

 Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

 Teknik permainan angklung

Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung:
  • Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.
  • Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
  • Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabung ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Pada setiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan. Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor. Dalam memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan teknik sinambung, yaitu nada yang sedang berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada berikutnya mulai berbunyi.

4.  KOLINTANG ( Erlinda )
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.[6] Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang.[5] Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.
Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.


5. DRUM  (Vianey)
Berkas:DrumMozartRegiment.jpg







Drum adalah kelompok alat musik perkusi yang terdiri dari kulit yang direntangkan dan dipukul dengan tangan atau sebuah batang. Selain kulit, drum juga digunakan dari bahan lain, misalnya plastik. Drum terdapat di seluruh dunia dan memiliki banyak jenis, misalnya kendang, timpani, Bodhrán, Ashiko, snare drum, bass drum, tom-tom, beduk, dan lain-lain.
Dalam musik pop, rock, dan
jazz, drums biasanya mengacu kepada drum kit atau drum set, yaitu sekelompok drum yang biasanya terdiri dari snare drum, tom-tom, bass drum, cymbal, hi-hat, dan kadang ditambah berbagai alat musik drum listrik. Orang yang memainkan drum set disebut "drummer".


6. GONG (Bella) 




Gong mempunyai peranan penting dalam seperangkat Alat musik Gamelan Jawa, Gong adalah Kata yang menirukan bunyi, gong di sini khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi vertikal, berukuran besar atau sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain.
Gong berfungsi menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan. Ada 2 macam gong yang umum di ketahui yaitu :
- Gong Ageng (besar) dan
- Gong Suwuk atau gong siyem yang berukuran sedang.