19 Juli 2011

VOC (kelas 8)

II. VOC (Verangde Oost Indische Compagnie)
     II. VOC  (Vereenigde Oost Indische Compagnie) 
    Perahu-perahu bangsa Belanda yang belayar ke tanah Hindia waktu itu sebenarnya milik maskapai pelayaran yang kecil-kecil, mereka saling tolong-menolong diperairan internasional, tetapi dalam bidang perdagangan mereka tidak bisa bersatu. Pada 20 Maret 1602  pemerintah Kerajaan Belanda memutuskan maskapai-maskapai tersebut menjadi satu dan diberi nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), artinya perkumpulan dagang di tanah Hindia Timur.


    Perahu VOC digambar oleh seniman Jepang, 1782.
    Hak-hak dagang VOC meliputi:
    (1)  Hak berdagang sebelah timur Kaap de Goede Hoop  (Pulau Kap) di Afrika Selatan sampai Selat Magelhaens.
    (2)  VOC boleh mengadakan perjanjian atas nama Staten Generaal dengan semua negara yang termasuk jajahannya.
    (3)  VOC boleh merekrut prajurit.
    (4)  VOC boleh membuat benteng.
    (5)  VOC boleh membuat uang.
    (6)  VOC boleh menetapkan gubenur dan pegawai lainnya.
    (7)  VOC harus ikut melawan musuh negara Belanda. 
    Modal awal VOC didapat dari menjual saham, yang harganya bekisar f 10.000 dan f 50. VOC berhasil menjual sahamnya senilai f 6.500.000. Para pejabat pemerintahan VOC (Bewindhebber) di tanah Belanda itu ada 73 orang tetapi kemudian disusutkan menjadi 60 orang. Pangkat Bewindhebber menjadi impian banyak orang Belanda. Pada perkembangan selanjutnya, jumlah Bewindhebber disusutkan menjadi 17 orang bertugas memegang pemerintah VOC setiap harinya. 
    Kapal VOC yang pertama datang di tanah Hindia dipimpin oleh Van Waerwijck.  Berangkat dari Belanda tahun 1602, kemudian mendirikan loji atau bangunan VOC pada tiap-tiap kantor dagangnya di beberapa pelabuhan. Dalam mendirikan loji-loji ini terkadang VOC harus mengusir kantor dagang lainnya seperti kantor dagang bangsa Portugis atau Inggris, seperti Banten, Gresik, Makasar, Jepara dan dua di luar tanah Hindia anatara lain, di Patani, Thailand dan di Johor, keduanya disiapkan untuk persiapan melawan perahu dari Cina atau Jepang. Dagangan utama VOC adalah rempah-rempah maka dari itu VOC sangat ingin menguasai kepulauan Maluku untuk monopoli rempah-rempah. Pulau yang pertama kali dikuasai oleh VOC adalah pulau Ambon yang banyak menghasilkan cengkeh, tidak berapa lama pulau Banda Neira dan Bacan yang mengahsilkan pala. VOC sempat berseleisih dengan orang Inggris, akibatnya admiral Verhoeff utusan VOC dibunuh. Namun, kemudian VOC balas dendam dan tahun 1609 Pulau Banda menjadi jajahan VOC.

    Kekuasaan dan wilayah dagang VOC 1650  
    a. Gubenur Jenderal 
    Karena beberapa perseteruan maka VOC mempunyai ide untuk memperkuat pemerintahannya. Maka, mulai tanggal 1 September 1609 semua kantor dagang dan eskader (kapal perang) di tanah Hindia dikuasakan pada Gubenur Jenderal. Gubenur jenderal yang pertama adalah Gubenur Jenderal Pieter Both yang diperintahkan untuk memeriksa kelakuan, pekerjaan, dan pola hidup pejabat VOC.  Gubenur Jenderal dalam memerintah dibantu oleh Raad Van Indie dengan  jumlah 9 orang. 
    Gubenur Jenderal Pieter Both kala itu menempati loji atau benteng Victoria di Ambon sebagai pusat pemerintahan VOC di tanah Hindia . Pada tahun 1613 Pieter Both mendapat izin dari Panembahan Mataram untuk membuka kantor dagang di Jepara untuk tujuan membeli perbekalan beras dari Jawa. Pada tahun 1614, Pieter Both kembali ke Belanda tetapi perahunya karam ia kemudian ikut tenggelam. Tak seberapa lama posisi Gubenur Jendral dipegang oleh L. Real pada tahun 1615. Saat itu VOC baru kerepotan menghadapi Inggris yang memusuhinya.J.P. Coen seorang Liding Raad Kompeni sangat mengkhawatirkan jajahan VOC jatuh ke tangan Inggris. Tahun 1614 Inggris merebut pulau Roendi di Maluku, pada saat itu J.P. Coen diberi kuasa untuk menyelesaikan perkara-perkara di tanah Jawa. Lalu ia menyerang armada Inggris. Inggris dan sekutunya Kerajaan Banten yang dipimpin Pangeran Rana Menggala marah. Pada tahun 1618 terjadi pengerusakan benteng VOC di Jepara oleh Panembahan Mataram. Coen lalu memindahkan loji ke Jayakarta. Kota Jayakarta diakui sebagai milik VOC, J.P. Coen membangun kota dan mendirikan ”Kasteel” di dekat pelabuhan, dan dijadikan pusat pemerintahan VOC yang mengendalikan seluruh tanah jajahan di Hindia.





    Logo Batavia

    Tahun 1619 terjadi pemogokan di Pulau Banda yang diprovokasi orang Ingris. Coen pergi ke Banda dan memberi tindakan tegas, akibatnya ia merasa bersalah dan mengundurkan diri pada tahun 1619. Penggantinya adalah P. De Carpenteir, satu bulan setelah menjabat Gubenur Jenderal sudah menghadapi keributan dengan orang Inggris yang membuat retaknya hubungan VOC dengan IOC di Maluku. 
    1628 J.P. Coen menjabat Gubenur Jenderal untuk kedua kaliya. Kali ini J.P. Coen harus berhadapan dengan Sultan Agung (Mataram). Coen enggan menyerahkan upeti setiap tahun dan menjalin kerjasama dalam penyerbuan. Penyerbuan pertama Sultan Agung gagal, namun tidak kenal menyerah, dia menyiapkan penyerbuan kedua kalinya namun kembali gagal. Coen menderita sakit parah dan meninggal pada 20 September 1629 saat perselisihan dengan Sultan Agung belum usai. Penggantinya adalah J. Specx (1629-1632) kemudian digantikan oleh H. Brouwer (1632-1636). Peperangan dengan Mataram dilakukan terus menerus sampai akhirnya Sultan Agung meninggal mendadak pada tahun 1646. 
    Tahun 1636 VOC kembali dipimpin oleh Gubenur Jenderal yang baru bernama A. Van Diemen, ia termasuk Gubenur Jenderal yang cukup cakap. Ia membesarkan kota Batavia menjadi kota perdagangan yang maju. Terjadi huru hara di Maluku Diemen berhasil memadamkannya. 
    Tahun 1650-1653 Gubenur jenderal dipegang oleh Reiners. Di Ambon dan Ternate terjadi peperangan yang diprovokasi orang Makasar. Orang pribumi tidak terima dengan perlakuan Gubenur Ambon, dan memerintahkan penebangan pohon-pohon rempah-rempah. Hal ini menyebabkan peperangan yang terkenal dengan peperangan HONGI (kapal layar yang dipersenjatai). 
    Tahun 1667 Gubernur Jenderal Maetsuycker memerangi Makasar yang dipimpin Sultan Hasannudin, VOC marah karena tidak diperkenankan mendirikan loji di Makasar. Peperangan yang terakhir terjadi 1677, Cornelis Speelman diperintahkan Gubenur Genderal dibantu oleh seorang raja buangan dari Palaka bernama Aru Palaka untuk memerangi Hassanudin. Hassanudin kalah dan terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan perjanjian Bongaya.  
    b. Jajahan VOC Abad 17-18
    Batavia masuk wilayah VOC tahun 1619, Malaka tahun 1641, Malabar tahun 1661, Ambon, Banda, Makasar masuk jajahan tahun 1667.
    c. Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi pada Masa VOC
    Kopi
    Masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Zwaardekroom tahun 1718-1725, perdagangan kopi di Eropa mulai marak, namun karena ulah pedagang Turki kopi menjadi langka. Zwaardekroom berinisiatif membawa kopi ke tahan Hindia untuk ditanam, dan membuat perjanjian dengan saudagar pribumi untuk menananm kopi dan hasilnya dijual ke VOC harganya 1 kg 15 ringgit. Namun setelah beberapa kali panen kopi dibeli dengan murah hingga 5 ringgit, para petani marah dan menebangi pohon kopi. 
    Pecah Kulit
    Pieter Elberfeld adalah keturunan Jerman yang geram karena harta warisan ayahnya disita VOC. Ia menemui tangan kanan Untung Suropati bernama Kartadriyo untuk bersekutu melawan VOC. Tanggal 1 Januari 1722 ditentukan sebagai hari penyerbuan tetapi VOC mencium persekutuan itu. Elberfeld disiksa dan kepalanya dipotong lalu ditancapkan didepan pintu gerbang rumahnya, di tempat itu dipahatkan peringatan tertulis dapa marmar tentang pemberontakan itu sebagai peringatan kepada anggota Kompeni lainnya agar tidak ada lagi yang melawan VOC, wilayah itu sekarang dinamakan Pecah Kulit. 
    Geger Cina
    Pada awal abad ke-18 di Batavia banyak sekali bangsa Cina. Kekecewaan orang Cina terhadap VOC disebabkan:
    1. VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Van Swol (1713-1718) berkenan mendatangkan teh dari negara Cina sehingga perdagangan teh menjadi maju. Banyak orang Cina datang ikut kapal dagang membawa teh untuk dijual kepada VOC tetapi yang terjadi kemudian harga teh menjadi permainan pihak VOC.
    2. Pada tahun 1706 keluar peraturan dari VOC melarang orang Cina datang ke Betawi kalau tidak mempunyai pekerjaan, akibatnya sering terjadi pencurian dan perampokan yang dilakukan oleh orang Cina pengganguran.
    Tahun 1722, VOC mengeluarkan peraturan yang isinya orang Cina yang tidak mempunyai pekerjaan, dan akan membuangnya ke Ceylon, Banda, atau Afrika. Kemudian tahun 1740 Gubernur Jenderal Valkeneir memutuskan bahwa semua orang Cina termasuk yang sudah mempunyai surat izin dari VOC dianggap membahayakan harus diperiksa dan ditangkap. Peristiwa ini memicu pertempuran 7 hari, 600 rumah Cina terbakar dab 1000 orang Cina terbunuh. VOC kemudian memberi pengampunan, orang Cina akan disediakan tanah di luar kota. Namun banyak orang Cina yang lari keluar kota dan hendak mengepung Semarang.
      
    Pembunuhan besar-besaran atas orang Cina di Batavia, 9 Oktober 1740 (dari sebuah ukiran abad ke-18)
    Diam-diam Paku Buwana II membantu orang-orang Cina dengan  harapan mengusir Kompeni dari Kartasura, kemudian diadakan serangan terhadap benteng Kompeni di Kartasura.  Kompeni dari Semarang mendapat bantuan dari Betawi menghalau pasukan Cina, Paku Buwono kemudian berbalik memihak Kompeni. Bangsawan Jawa yang benci Kompeni akhirnya memusuhi rajanya sendiri, dan Kartasuro diserbu orang Cina. Paku Buwono II melarikan diri dan Mas Garendi cucu Pakubuwono dinobatkan menjadi raja. Ketika terjadi pepecahan atara Mataram dan orang Cina VOC menyerang dan menaklukan mereka, Mas Garendi ditangkap dan dibuang. Karena kerajaannya di Kartasura sudah rusak lalu dipindah ke arah timur di desa Sala. Di sinilah nantinya menjadi Surakarta Adiningrat. Dengan kemenangan ini Kompeni VOC kembali meminta imbalan Pulau Madura dan pesisir utara Pulau Jawa menjadi wilayah jajahan VOC. 
    Perang Mangkubumi
    Perang ini terjadi antara Mangkubumi dan Raden Mas Said melawan Kompeni. Pada tahun 1755 dilakukan perjanjian Giyanti yang isinya antara lain Pengeran Mangkubumi menjadi raja Mataram memerintah di sebelah selatan kerajaan dengan ibukota Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I Senapati Ing Ngalaga Abdulrahman Sayidin Panatagama Kalipattulah. Sedangkan Raden Mas Said tetap melanjutkan peperangan, tetapi lama-kelamaan sudah tidak bisa melawan. Setelah terjepit tahun 1757 mau berdamai di Salatiga dan keputusannya mendapatkan sebagian tanah milik Kerajaan Surakarta dan menjadi Pengeran Adipati bergelar Mangkunegaran, memiliki tanah di Kadawang dan Wanagiri. 
    d. Perang Banten 1750-1753
    Tahun 1733 Zaiboel Arifin menjadi raja Banten salah satu istrinya adalah Sarifaf Fatimah. Istrinya tersebut ingin menjadikan keponakannya Sarif Abdullah menjadi raja Banten. Raja Banten menyetujui dan mengangkatnya menjadi Pangeran Gusti, putra mahkota Banten Pangeran Gusti yang lama akan segara dicopot dari kedudukannya cepat-cepat meminta bantuan kepada VOC, karena takut terjadi peperangan Pengeran Gusti ditangkap dan dibuang ke Ceylon. 
    Gubenur Jenderal Van Imhoof bekerjasama dengan VOC, Sulatan Banten dibuang ke Ambon. Banyak yang tidak mendukung pemerintahan Fatimah, akhirnya terjadi peperangan yang dipimpin oleh Kyai Tapa dan Ratu Bagus yang tidak mau Kerajaan Banten diperintah oleh asing. 
    Gubenur Jenderal Van Imhoff meninggal dan segera digantikan oleh Gubenur Jenderal Mossel. Kompeni segera memulangkan Pangeran Gusti untuk menjadi Sultan Banten. Fatimah di tangkap dan dibuang. Namun kenyataannya, pangeran Arya Adi Santika, saudara Zeinoel Arifin yang kemudian dijadikan Sultan dengan perjanjian akan menjadi raja hanya sebagai simbol saja. Pertikaian baru terjadi, Kyai Tapa tidak mau berdamai dengan Kompeni namun akhirnya kalah. Pangeran Arya Santika menyerahkan tahta kepada Pangeran Gusti kemudian bergelar Abu Natzar Mohammad Arif Zeinul Azikin dan membuat perjanjian baru dengan VOC. 
    Akhir sebuah kongsi dagang
    Mengapa VOC dibubarkan akhir abad ke 18? Jawaban yang sering dilontarkan adalah korupsi faktor yang dilakukan oleh pegawai tinggi dan perwirannya, banyak yang menyalahgunakan kekayaan mereka untuk meperkaya dirisendiri. Tuduhan ini mulai dipelajari secara ilmiah namun belum ada satu analisis yang membenarkan tuduhan ini. Muncul jawaban lain yaitu praktik perdagangan itu sendiri. Pembukuan yang dilakukan oleh VOC menyulitkan untuk mengatakan bahwa perusahaan ini merugi atau membuat laba.  Hal ini dikarenakan pembukuan ganda VOC.  Kalau diperhatikan pembukuan di negeri Belanda memperlihatkan selama abad ke-17 VOC tidak mengalami kerugian. Tetapi abad ke-18 VOC membutuhkan dan  modal besar untuk eskpansi dagangan. Muncul pula studi yang memperhatikan faktor perang sebagai penyebab bubarnya VOC. Tahun 1783 berkobar perang di Eropa yang melibatkan Inggris dan Perancis, dan kapal-kapal VOC yang menuju Asia menjadi sasaran kedua armarda perang tersebut. Lambat laun volume perdagangan VOC ke Asia makin berkurang terutama tahun 1783 dan 1795. Karena terus-menerus merugi VOC tidak mampu membayar saham-saham yang dibeli rakyat dan harus berutang kepada negara, akhirnya tahun 1799 negara mengambil alih seluruh kekayaan VOC. Sejak itulah menjadi cikal bakal dari Negara Kolonial Hindia Belanda yang berdiri sejak 1817.
    Organisasi Dagang Dunia
    Organisasi Perdagangan Dunia (WTO, World Trade Organization) adalah organisasi internasional yang mengawasi banyak persetujuan yang mendefinisikan "aturan perdagangan" di antara anggotanya (WTO, 2004a). Didirikan pada 1 Januari 1955, Perang Dunia II untuk meniadakan hambatan perdagangan internasional. Prinsip dan persetujuan GATT diambil oleh WTO, yang bertugas untuk mendaftar dan memperluasnya. untuk menggantikan GATT, persetujuan setelah
    WTO merupakan pelanjut Organisasi Perdangan Internasioanal (ITO, International Trade Organization). ITO disetujui oleh PBB dalam Konferensi Dagang dan Karyawan di Havana pada Maret 1948, namun ditutup oleh Senat AS  (WTO, 2004b).
    WTO bermarkas di JenewaSwiss. Pada Juli 2008 organisasi ini memiliki 153 negara anggota. Seluruh anggota WTO diharuskan memberikan satu sama lain status negara paling disukai, sehingga pemberian keuntungan yang diberikan kepada sebuah anggota WTO kepada negara lain harus diberikan ke seluruh anggota WTO (WTO, 2004c).
    Pada akhir 1990-an, WTO menjadi target protes oleh gerakan anti-globalisasi.WTO memiliki berbagai kesepakatan perdagangan yang telah dibuat, namun kesepakatan tersebut sebenarnya bukanlah kesepakatan yang sebenarnya. Karena kesepakatan tersebut adalah pemaksaan kehendak oleh WTO kepada negara-negara untuk tunduk kepada keputusan-keputusan yang WTO buat. Privatisasi pada prinsip WTO memegang peranan sungguh penting. Privatisasi berada di top list dalam tujuan WTO. Privatisasi yang didukung oleh WTO akan membuat peraturan-peraturan pemerintah sulit untuk mengaturnya. WTO membuat sebuah peraturan secara global sehingga penerapan peraturan-peraturan tersebut di setiap negara belum tentulah cocok. Namun, meskipun peraturan tersebut dirasa tidak cocok bagi negara tersebut, negara itu harus tetap mematuhinya, jika tidak, negara tersebut dapat terkena sangsi ekonomi oleh WTO. Negara-negara yang tidak menginginkan keputusan-keputusan yang dirasa tidak fair, tetap tidak dapat memberikan suaranya. Karena pencapaian suatu keputusan dalam WTO tidak berdasarkan konsensus dari seluruh anggota. Merupakan sebuah rahasia umum bahwa empat kubu besar dalam WTO (Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Uni Eropa) lah yang memegang peranan untuk pengambilan keputusan. Pertemuan-pertemuan besar antara seluruh anggota hanya dilakukan untuk mendengarkan pendapat-pendapat yang ada tanpa menghasilkan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan di sebuah tempat yang diberi nama “Green Room.”(wikepidia.co.id)